
Hukum Supply, Demand, Elastisitas yang Mempengaruhi Perilaku Ekonomi di Bogor
Teori permintaan, penawaran, dan elastisitas merupakan konsep kunci dalam ekonomi yang mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat. Artikel Ilmiah ini akan fokus membahas dampak dari ketiga konsep tersebut terhadap perilaku ekonomi masyarakat di Kota Bogor, Indonesi, dengan menggunakan data aktual dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebagai contoh kasus.
Menurut buku teks ekonomi masyarakat terkemuka berjudul Principles of Economics (Manciw, 2021), permintaan mengacu pada jumlah barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen dan yang mereka mampu dan mau beli pada berbagai harga selama periode waktu tertentu. Permintaan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti harga barang itu sendiri, harga barang terkait, pendapatan konsumen, preferensi, dan ekspetasi konsumen. Sementara itu, penawaran mengacu pada jumlah barang atau jasa yang ditawarkan ke pasar pada berbagai harga selama periode waktu tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran termasuk harga barang, harga faktor produksi, teknologi produksi, dan ekspetasi produsen.
Elastisitas permintaan dan penawaran merupakan konsep penting yang mengukur sensitivitas jumlah yang diminta atau ditawarkan terhadap perubahan harga barang tersebut, sementara elastisitas penawaran menunjukan respons jumlah penawaran terhadap perubahan harga. Elastisitas dapat mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat karena menunjukkan seberapa kuat perubahan harga mempengaruhi jumlah barang yang diperdagangkan.
Data yang digunakan dalam penilaian ini berasal dari BPS Indonesia, yang menyediakan data Indeks Harga Konsumen (IHK) bulanan untuk kelompok makanan, minuman, dan tembakau di Kota Bogor (Badan Pusat Statistik 2024). Data IHK digunakan sebagai Indikator perubahan harga dan dipilih karena kelompok makanan, minuman, dan tembakau merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang dapat mempengaruhi perilaku ekonomi mereka. Data yang digunakan mencakup periode waktu dari Januari 2024 hingga April 2024.
Berdasarkan data BPS(2024), dapat dilihat bahwa IHK untuk kelomopok makanan, minuman, dan tembakau di Kota Bogor mengalami fluktuasi selama tahun 2024. IHK tertinggi terjadi pada bulan Desember dengan Indeks 104,71, sementara IHK terendah terjadi pada bulan Januari dengan Indeks 100,54. Fluktuasi ini menunjukkan perubahan harga barang-barang dalam kelompok tersebut. Ketika IHK meningkat, harga barang cenderung meningkat, dan sebaliknya.
Fluktuasi harga dapat mempengaruhi perilaku permintaan masyarakat di Kota Bogor. Menurut teori permintaan, ketika harga barang meningkat, jumlah permintaan cenderung menurun, asalkan barang tersebut bukan barang kebutuhan pokok. Dalam kasus kelompok makanan, minuman, dan tembakau, beberapa barang mungkin dianggap sebagai kebutuhan pokok, sehingga elastisitas permintaan dapat bervariasi tergantung pada jenis barangnya. Sebagai contoh, beras dan gula mungkin memiliki permintaan yang tidak elastis (inelastis), yang berarti perubahan harga tidak terlalu mempengaruhi jumlah permintaan. Sementara itu, barang-barang mewah dalam kelompok ini, seperti makanan ringan atau minuman beralkohol, mungkin memiliki permintaan yang elastis, yang berarti perubahan harga dapat berpengaruh signifikan pada jumlah permintaan.
Sementara itu, dari sisi penawaran, produsen barang-barang dalam kelompok makanan, minuman,dan tembakau juga bereaksi terhadap perubahan harga. Ketika harga barang meningkat, produsen cenderung meningkatkan penawaran ke pasar untuk memanfaatkan keuntungan yang lebih tinggi. Sebaliknya, ketika harga menurun, produsen mungkin mengurangi penawaran. Perilaku penawaran juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti ketersediaan bahan baku, teknologi produksi, dan persaingan di antara produsen.
Untuk menganalisis elastisitas permintaan dan penawaran dalam konteks ini, dapat menggunakan data IHK dan jumlah barang yang diperdagangkan. sayangnya, data BPS tidak menyediakan informasi langsung mengenai jumlah barang yang diperdagangkan. Namun, dapat diasumsi bahwa perubahan IHK mempengaruhi jumlah barang yang diperdagangkan. Ketika IHK meningkat, menunjukkan kenaikan harga, jumlah barang yang diperdagangkan cenderung menurun, terutama untuk barang barang denagn permintaan yang elastis. Sebaliknya, ketika IHK menurun, jumlah barang yang diperdagangkan cenderung meningkat.
Sebagai contoh, mari kita memperkembangkan barang tembakau di Kota Bogor. Ketika harga tembakau meningkat, permintaan mungkin tetap relatif stabil karena sifat kecanduan tembakau. Namun, ketika harga turun, permintaan mungkin meningkat secara signifikan karena lebih terjangkau bagi konsumen. Dalam hal ini, permintaan tembakau dapat dianggap memiliki elastisitas harga silang terhadap harga barang lain dalam kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
Permintaan, penawaran, dan elastisitasmemainkan peran penting dalam memahami perilaku ekonomi masyarakat di Kota Bogor. Fluktuasi harga , seperti yang ditunjukan oleh data IHK, dapat mempengaruhi jumlah barang yang diperdagangkan dan perilaku permintaan masyarakat. Elatisitas permintaan bervariasi tergantung pada sifat barang, dengan barang kebutuhan pokok cenderung memiliki permintaan yang tidak elastis. Sementara itu, produsen juga menyesuaikan penawaran mereka terhadap perubahan harga.
Referensi
Badan Pusat Statistik.(2024). Indeks Harga Konsumen (2022=100) Menurut Kelompok dan Sub Kelompok 01 Makanan, Minuman, dan Tembakau, 2024. Indeks Harga Konsumen (2022=100) Menurut Kelompok dan Sub Kelompok 01 Makanan, Minuman, dan Tembakau -Tabel Statistik- Badan Pusat Statistik Indonesia (bps.go.id)
Mankiw, N. G. (2021). Principles of economics. Cangage Learning.
by Reni Kusmiati
Post a Comment