Blended Learning Sebagai Perkembangan Pendidikan di Era Teknologi Digital
Pada tahun 2020, seluruh masyarakat dari berbagai negara dihebohkan dengan munculnya virus yang mematikan. Banyak aspek yang terganggu dengan munculnya virus tersebut, termasuk salah satunya yaitu pendidikan. Di masa pandemi Covid-19, setiap institusi baik perkantoran maupun sekolah semuanya menerapkan WFH. Dengan adanya WFH, membuat semua pihak harus membuka mata terhadap perkembangan teknologi digital. Selama Pandemi Covid-19, penggunaan teknologi digital dalam berbagai sektor termasuk pendidikan mengalami perkembangan yang cepat . Selama pandemi, pembelajaran daring menjadi solusi utama untuk memastikan kelangsungan proses belajar-mengajar. Kini pasca pandemi, perkembangan teknologi digital terus mempengaruhi sistem pendidikan di Indonesia, membawa perubahan signifikan dalam metode pengajaran, akses terhadap pendidikan, dan keterlibatan siswa. Dengan adanya perkembangan terhadap teknologi digital yang telah berkembang pesat, maka para guru dapat mengembangkan pembelajaran menjadi lebih inovatif dan beragam melalui pemanfaatan berbagai alat teknologi digital. Selain itu juga pada saat proses belajar para peserta didik bisa memanfaatkan berbagai aplikasi digital untuk dapat menunjang dan mempermudah proses kegiatan belajar (Hakim & Yulia, 2024).
Pasca pandemi Covid-19, kegiatan pembelajaran saat ini dilakukan dengan menggunakan teknologi digital, yang secara signifikan mengoptimalkan kemampuan dan kualitas talenta digital dan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Pasca pandemi Covid-19 memaksa banyak sekolah untuk beralih ke pembelajaran Blended Learning, di mana pembelajaran ini menggabungkan dua model pembelajaran, pembelajaran luring dan pembelajaran online. Dalam proses pembelajaran online, para pengajar dan siswa menggunakan teknologi digital untuk melakukan aktivitas belajar mengajar dari tempat masing-masing, baik di luar lingkungan sekolah atau kampus. Para siswa juga dapat mengakses materi pelajaran, dan berpartisipasi dalam diskusi secara virtual. Dalam hal ini tentunya akan memberikan kemudahan untuk siswa yang terbatas secara geografis atau mobilitas. Teknologi digital juga memberikan akses yang luas ke siswa untuk mengakses ke berbagai sumber materi pembelajaran online, seperti e-book, artikel ilmiah, video tutorial, dan program pelatihan daring yang dapat diakses oleh siswa. Berbagai aplikasi digital, seperti Google Classroom, Zoom, Microsoft Teams, dan Edmodo, telah dikembangkan untuk mendukung proses belajar mengajar. Aplikasi-aplikasi ini memungkinkan guru untuk mengelola kelas online, memberikan tugas, dan berinteraksi dengan siswa secara efektif.Platform e-learning ini menyediakan ruang untuk diskusi, kuis, dan penilaian yang dapat diakses secara fleksibel, baik di waktu dan tempat yang diinginkan. Dengan pemanfaatan teknologi digital dalam proses pembelajaran, dapat meningkatkan kompetensi talenta digital dan memperkuat sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Hal ini tentunya sejalan dengan isi dari visi Kurikulum Merdeka Belajar, di mana teknologi digital mendorong siswa dan pendidik untuk berkolaborasi secara aktif dan gotong royong (Munawaroh, 2023).
Selain itu, perkembangan teknologi digital telah mengubah secara signifikan bidang pendidikan, dengan memberikan dampak yang beragam bagi siswa, baik positif maupun negatif. Dampak positifnya meliputi kemampuan peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar secara mandiri di luar lingkungan sekolah, memperdalam pemahaman mereka terhadap mata pelajaran tertentu, dan mengeksplorasi minat pribadi mereka melalui akses mudah ke e-books, jurnal, video pembelajaran, dan kursus online. Dalam berbagai platform ini dapat memungkinkan para siswa belajar secara fleksibel, yang dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Selain itu, teknologi memungkinkan juga dapat memfasilitasi kegiatan pembelajaran para siswa, di mana aplikasi dan platform edukasi dapat menyesuaikan materi serta kecepatan belajar sesuai dengan kebutuhan individu siswa, sehingga membantu mereka memahami pelajaran dengan lebih baik. Penerapan teknologi digital dalam pendidikan juga mendukung perkembangan keterampilan digital siswa untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi masa depan, seperti menggunakan perangkat lunak, mengelola informasi secara digital, dan berpartisipasi dalam lingkungan online. Selain itu, perkembangan teknologi juga memberikan dampak positif dengan memudahkan proses pembelajaran bagi guru dan siswa sebagai perantara dalam menyampaikan materi pembelajaran. Namun, ada juga dampak negatif yang muncul karena perkembangan teknologi yang cepat. Kemajuan teknologi memungkinkan siswa untuk mengakses konten yang tidak pantas seperti pornografi dan informasi palsu yang tidak jelas kebenarannya, serta dapat menyebabkan kecanduan dalam bermain game online dan lainnya (Pratiwi, 2023). Dalam hal ini, dampak negatif akan membuat siswa menjadi ketergantungan terhadap teknologi digital yang akan mengakibatkan terganggunya waktu belajar, dan mempengaruhi kesehatan mental serta fisik mereka. Selain itu juga, perkembangan teknologi dapat menganggu konsentrasi saat pembelajaran berlangsung dikelas dikarenakan siswa fokus terhadap notifikasi dari media sosial atau games. Dengan adanya dampak negatif ini, para guru atau orang tua dapat melakukan pengawasan dan bimbingan dalam menggunakan teknologi digital.
Pembelajaran blended learning merupakan metode pembelajaran yang menyatukan pembelajaran daring dan pembelajaran di kelas. Sistem pembelajaran ini menjadi sangat relevan di Indonesia pasca pandemi Covid-19 karena memungkinkan kelangsungan pembelajaran meskipun dalam situasi pembatasan sosial dan jarak fisik. Blended learning menjadi model pembelajaran yang memiliki sifat berkelanjutan dan dapat disesuaikan. Dalam proses pembelajaran online dapat dijalankan melalui berbagai platform manajemen pembelajaran seperti WhatsApp, Google Meet, Zoom, Canva, Google Classroom, dan lainnya. Hal ini tentunya akan memberikan fleksibilitas kepada siswa untuk mengakses materi pembelajaran dari berbagai lokasi, termasuk di kelas dan dari rumah. Selain itu juga, pembelajaran blended learning memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengatur waktudan lokasi belajar mereka sendiri secara fleksibel dan dapat mengakses materi secara online sesuai kebutuhan. Di sisi lain, mereka juga tetap menjalin interaksi secara langsung dengan para guru dan teman-teman di kelas. Pihak sekolah juga bisa menggunakan platform LMS yang bisa membantu guru untuk mengelola materi pembelajaran, tugas, ujian, dan interaksi antara siswa secara terintegrasi. Hal ini mendukung terciptanya pengalaman pembelajaran yang berkesinambungan dan terstruktur. Sehingga blended learning tidak hanya sekadar menghadirkan teknologi dalam pembelajaran, tetapi juga mengintegrasikan mengintegrasikan dalam menghasilkan aspek pendidikan yang berkesinambungan antara gaya belajar siswa satu dengan lainnya serta kebutuhan pembelajaran (Yamin, 2022).
Dalam menerapkan proses pembelajaran menggunakan metode blended learning, tidak hanya berpengaruh pada pencapaian hasil belajar peserta didik, yang dimana pembelajaran blended learning memungkinkan peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran secara fleksibel melalui platform online. Mereka dapat belajar di waktu yang lebih sesuai dengan ritme belajar masing-masing, yang dapat meningkatkan pemahaman dan mendapat informasi. Kombinasi antara pembelajaran online dan tatap muka juga memungkinkan adanya lebih banyak interaksi yang terjalin antara guru dengan siswa, serta antar sesama siswa, yang dapat memperdalam pemahaman terhadap materi. Dalam menerapkan pendekatan blended learning juga berdampak terhadap tingkat keaktifan siswa dalam berpartisipasi pada saat proses pembelajaran. Dalam hal ini, peserta didik sering kali diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam diskusi online, forum, atau kegiatan kolaboratif lainnya di platform digital. Hal ini dapat mendorong mereka untuk lebih aktif dalam pembelajaran, meningkatkan keterlibatan mereka terhadap materi, serta meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan analisis. dan peningkatan literasi digital peserta didik, hal ini akan membuat peserta didik terbiasa menggunakan berbagai platform dan teknologi dalam pembelajaran mereka. Hal ini tidak hanya meningkatkan kemampuan mereka dalam menggunakan teknologi, tetapi juga memperluas literasi digital mereka. Literasi digital meliputi keterampilan dalam mencari pengetahuan dengan efektif, memastikan keaslian sumber informasi, dan berkomunikasi serta bekerjasama secara online dengan tepat (Yamin, 2022).
Setelah pandemi COVID-19, hasil perbandingan efektivitas antara pembelajaran tatap muka dan jarak jauh di Indonesia menunjukkan hasil yang bervariasi. Beberapa pendapat menyatakan bahwa pembelajaran tatap muka dianggap lebih efektif dibandingkan pembelajaran jarak jauh, hal ini dikarenakan mempermudah interaksi langsung antara guru dan siswa, dalam hal ini memungkinkan komunikasi yang lebih langsung dan personal antara guru dan siswa, yang dapat membantu dalam pemahaman materi yang diajarkan. Siswa dapat langsung bertanya, berdiskusi, dan berbagi pemikiran dengan guru mereka secara langsung. Dan memungkinkan guru untuk mempermudah dalam menyesuaikan metode pembelajaran dengan yang dibutuhkan oleh siswa, dalam hal ini guru dapat mengamatilangsung respons siswa terhadap materi yang diajarkan dan secara fleksibel menyesuaikan pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa secara maksimal. Sementara itu, pembelajaran langsung juga dianggap lebih efektif dalam meningkatkanprestasi belajar mereka, karena siswa dapat mengajukan pertanyaan dan menerima umpan balik secara langsung (Arifin & Ismail, 2022).
Penggunaan pembelajaran daring dalam dunia pendidikan, terutama di kalangan siswa, berdampak pada psikologi mereka yang bisa berpengaruh dalam jangka panjang. Salah satu dampak utama adalah kurangnya interaksi sosial secara langsung dengan lingkungan sekitar. Siswa yang terbiasa belajar secara daring cenderung memiliki keterbatasan dalam berinteraksi secara fisik dengan teman sekelas dan guru. Ini dapat mempengaruhi perkembangan sosial-emosional mereka, karena interaksi sosial merupakan bagian penting dari pengembangan kepribadian dan keterampilan sosial. Selain itu, berkurangnya efektivitas belajar, meskipun pembelajaran daring menawarkan fleksibilitas dalam waktu dan tempat, beberapa siswa mungkin menghadapi tantangan dalam mempertahankan konsentrasi dan motivasi mereka tanpa pengawasan langsung dari guru. Hal ini dapat memengaruhi hasil belajar mereka secara keseluruhan. Dampak lainnya adanya kekhawatiran siswa terkait pencapaian akademik mereka, dalam pembelajaran daring, siswa mungkin merasa tertekan atau khawatir tidak akan mendapat nilai yang baik karena kurangnya pengawasan langsung dan perasaan kurangnya koneksi dengan guru. Selain itu juga,adanya risiko bahwa siswa mudah merasakan kebosanan dengan pembelajaran daring yang bersifat monoton dan kurangnya variasi dalam metode pembelajaran. Hal ini dapat mengurangi minat mereka terhadap proses belajar secara keseluruhan (Aisyah, 2021).
Di era perkembangan digital, guru dan peserta didik tentu menghadapi berbagai tantangan terkait kemajuan teknologi dalam dunia pendidikan.Bagi guru, yaitu adanya Perubahan dalam metode mengajar, dengan adanya perubahan teknologi maka cara mengajar para guru juga berubah, guru perlu memanfaatkan alat digital seperti slide presentasi, video, dan multimedia untuk meningkatkan interaksi serta memahami kebutuhan siswa dalam mencari informasi secara online. Selain itu, pengelolaan waktu menjadi penting, guru harus bijaksana dalam mengatur waktu di era digital untuk mengurangi durasi di depan layar dan menyusun bahan ajar yang tepat. Mengenai kesenjangan akses dan digital, guru harus menemukan cara untuk memastikan semua siswa memiliki akses teknologi yang setara. selanjutnya, yaitu keamanan dan privasi, dalam hal ini guru harus bisa memastikan keamanan dan privasi data siswa dalam menggunakan aplikasi dan platform digital. Selain itu, perubahan peran guru,dalam hal ini guru berperan sebagai fasiliator dalam pembelajaran dalam membantu siswa mengembangkan keterampilan digital mereka. Selanjutnya, yaitu kesulitan dalam mempertahankan perhatian siswa, dalam hal ini guru perlu menggunakan teknologi dengan bijak untuk menarik dan mempertahankan perhatian siswa yang mudah terganggu oleh media sosial dan permainan online. Selain itu, keterbatasan keterampilan digital pada guru menjadi masalah, guru memerlukan pelatihan dan dukungan untuk meningkatkan kemampuan digital guna mengintegrasikan teknologi dengan efektif dalam proses pembelajaran. Pemeliharaan dan pembaruan perangkat serta infrastruktur juga penting, mengingat penggunaan teknologi dalam pembelajaran memerlukan investasi yang memadai pada perangkat keras daninfrastruktur berkualitas.Dan penilaian yang sesuai dengan era digital, dalam hal ini guru harus menyesuaikan cara penilaian siswa agar dapat mencerminkan penggunaan teknologi dan keterampilan siswa. Dan yang terakhir, yaitu etika digital dan keamanan online, dalam hal ini guru perlu mengajarkan etika digital dan keamanan online, termasuk melindungi privasi dan melindungi cyberbullying kepada siswa (Rohman, 2023b).
Bagi peserta didik, yaitu tantangan keamanan digital, dalam hal ini siswa perlu diberikan pelatihan untuk melindungi data privasi mereka guna menghindari risiko keamanan digital seperti penipuan dan penyebaran informasi yang tidak benar. Selanjutny, tantangan keseimbangan antara kehidupan digital dan offline dapat membuat siswa merasa terikat secara online,hal ini dapat mengganggu keseimbangan hidup mereka. Maka hal tersebutberpotensi mempengaruhi kondisi mereka secara keseluruhan. Selanjutnya, tantangan aksesibilitas dan kesetaraan muncul karena tidak semua siswa memiliki akses yang setara terhadap perangkat atau koneksi internet yang memadai, meskipun teknologi memberikan akses ke sumber daya pendidikan. Ketidaksetaraan ini dapat menciptakan kesenjangan dalam akses pendidikan. Dan yang terakhir, trend pembelajaran jarak jauh yang dipercepat oleh pandemi COVID-19 juga membawa tantangan baru bagi siswa, termasuk keterbatasan interaksi sosial, kesulitan memahami materi tanpa bimbingan langsung, dan ketergantungan pada teknologi. Selain itu, ada tekanan kinerja di mana siswa merasa perlu untuk tampil baik dalam lingkungan digital, baik dalam pencapaian akademis maupun dalam membangun citra online yang positif (Rohman, 2023a).
Keefektifan pembelajaran blended learning jelas lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran luring atau daring. Melalui metode ini, siswa dapat mengalami dua pengalaman belajar sekaligus, yaitu secara daring dan luring. Hal ini membantu dalam menjaga motivasi serta meminimalkan kebosanan selama proses pembelajaran berlangsung (Ningsih, 2021). Dalam hal ini, ketika siswa sedang belajar secara daring, para siswa bisa melakukan kegiatan pembelajaran dari mana saja, sehingga pembelajaran daring ini bisa efektif. Sedangkan pada saat pembelajaran tatat muka atau luring, para siswa bisa mendalami materi yang belum dipahami dengan cara bertanya langsung dengan guru.
Dalam hal ini, pemerintah dapat melakukan upaya untuk membantu meningkatkan kualitas pendidikan di Era digital. Dalam hal ini pendidikan merupakan fondasi utama dalam pembangunan suatu negara. Dalam era digital yang berkembang pesat, pendidikan harus terus beradaptasi agar tetap sesuai dengan kebutuhan zaman. Pemerintah memiliki peran krusial dalam memastikan kualitas pendidikan meningkat seiring dengan perkembangan teknologi. Pemerintah dapat melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan beberapa cara, yaitu penggunaan teknologi dalam kelas, dalam hal ini pemerintah dapat mendorong penggunaan teknologi di ruang kelas sebagai alat untuk meningkatkan interaktifitas dan efektivitas pembelajaran. Hal ini termasuk pemanfaatan platform pembelajaran digital, aplikasi edukasi, dan perangkat lunak pembelajaran yang mendorong akses siswa terhadap pembelajaran yang lebih seru dan menarik. Selanjutnya, pengembangan kurikulum yang relevan, dalam hal ini pemerintah bertanggung jawab untukmengembangkan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan zaman digital. Kurikulum ini harus mencakup keterampilan dan pengetahuan terkini yang dibutuhkan dalam era digital, seperti literasi digital, keterampilan pemrograman, dan pemahaman teknologi informasi. Dan yang terakhir, pelatihan dan pengembangan guru, dalam hal ini pemerintah dapat memberikan dukungan untuk pelatihan dan pengembangan guru agar mampu menggabungkan teknologi dalam proses pembelajaran. Pelatihan ini mencakup penggunaan alat-alat digital, strategi pembelajaran berbasis teknologi, dan pengelolaan kelas digital yang efektif (Manunggaljaya, 2023).
Post a Comment