Header Ads

Dampak Keadaan Finansial Orang Tua terhadap Motivasi dan Minat Siswa Meneruskan Studi di Pendidikan Perguruan Tinggi

 


Salah satu faktor terpenting dalam membentuk karakter seseorang dan masyarakat adalah pendidikan. Pendidikan tinggi, khususnya, mempunyai dampak yang signifikan terhadap kapasitas seseorang dalam peningkatan keterampilan dan perluasan pengetahuan. Ada tiga jalur pendidikan di Indonesia: formal, informal, dan non-formal. Pengajaran formal adalah sistem sekolah yang terkoordinasi dan terorganisir yang mencakup tingkat pelatihan paling minimal hingga tingkat pendidikan paling signifikan. Zulkarnaen (2020) mengatakan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pertama, pendidikan dasar (SD, SMP), kedua, pendidikan tambahan (SMA, Sekolah Profesi), dan ketiga pendidikan lanjutan (Diploma, Sarjana, Magister, dan Doctor) (Sari et al., 2023, p. 4).

Peningkatan tingkat pendidikan akan menghasilkan tenaga kerja yang lebih berkualitas dan memberikan nilai tambah yang signifikan. Namun, Indonesia memiliki tingkat partisipasi perguruan tinggi yang masih rendah dibandingkan dengan beberapa negara tetangga. Menurut data dari Focal Measurements Organization (2021), hanya 31% penduduk Indonesia yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, sementara negara seperti Malaysia hampir mencapai 50%, dan Singapura bahkan mencapai 78%. Dengan demikian, sekitar 69% lulusan sekolah menengah di Indonesia tidak meneruskan ke perguruan tinggi (Sari et al., 2023, p. 4). Faktor-faktor baik internal maupun eksternal turut mempengaruhi rendahnya angka ini.

Tergantung pada persyaratan mata pelajaran yang dipelajari, motivasi dan minat siswa untuk meneruskan pendidikan tinggi berbeda-beda. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa mahasiswa yang memiliki minat yang tinggi tentu akan lebih terpacu untuk memperoleh manfaat darinya, begitu pula sebaliknya (Arifin & Ratnasari, 2017).  Dorongan motivasi untuk melakukan latihan belajar meskipun ada alasan kuat perlunya belajar, ketika seseorang berminat untuk meneruskan ujiannya ke sekolah maka akan mempengaruhi mental sekolahnya karena masih diperlukannya informasi dan kemampuan baru. Motivasi belajar seorang mahasiswa akan bertahan lebih lama apabila mempunyai tingkat minat yang lebih tinggi untuk mengikuti kuliah.

Menurut Bernad dalam Sardiman (2011), minat dipengaruhi oleh dua faktor: faktor internal (seperti jenis kelamin, usia, kepribadian, kecerdasan fisik, dan motivasi) dan faktor eksternal (seperti lingkungan seperti sekolah, kerabat, lingkungan dan masyarakat) (Shaleh, 2004) (Oryza & Listiadi, 2021, p. 3). Sementara itu, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi juga memiliki hal yang sama. Faktor motivasi mencakup minat, karunia, prestasi, minat, niat, dan aktivitas; Faktor eksternal antara lain iklim sekolah, keluarga, sosial, dan kedekatan pembelajaran (Slameto, 2013) (Oryza & Listiadi, 2021, p. 3). Istilah “faktor internal” dapat diartikan pada aspek-aspek kehidupan seseorang yang berasal dari dalam dirinya, seperti spiritualitas dan fisiknya, sedangkan “faktor eksternal” mengacu pada aspek-aspek kehidupan seseorang yang berasal dari luar dirinya. , seperti teman, keluarga, guru, dan kedua faktor ini akan berdampak positif pada mentalitas seseorang dengan mengandalkan keadaan ekologis di sekitar kita.

Jelasnya, terdapat berbagai macam minat di kalangan mahasiswa untuk meneruskan pendidikan di perguruan tinggi. Ada orang yang banyak, sedikit, atau bahkan tidak berminat sama sekali untuk meneruskan kuliah. Tingginya minat mahasiswa dalam meneruskan ujian di perguruan tinggi sangat dipengaruhi oleh berbagai pihak, baik dari batin diri mahasiswanya maupun dari luar dirinya. Rendahnya minat siswa akan mempengaruhi latihan belajarnya di sekolah, dimana dengan asumsi mereka biasanya lesu maka mereka akan ragu untuk mengerjakan latihan tersebut. Karena merupakan sumber motivasi dan motivasi yang kuat dalam melakukan sesuatu (Masfufatun, 2011) (Arifin & Ratnasari, 2017, p. 5). Maka pentingnya minat pada siswa akan menjadi sangat penting.

Minat dan motivasi untuk terus belajar di suatu perguruan tinggi pada umumnya akan bermula dari keinginan atau minat terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan lanjutan. Beberapa faktor yang ada tentu saja menjadi pendorong keinginan tersebut. Slameto (2015) mengartikan minat sebagai “Sesuatu atau kegiatan yang menunjukkan rasa lebih suka dan tertarik tanpa diperintah” (Sari et al., 2023, p. 5). Namun minat siswa tidak berkembang dengan sendirinya; sebaliknya, ada sejumlah faktor yang berpotensi menyebabkan hal tersebut.

Kemudian meneruskan studi pendidikan juga dipengaruhi oleh adanya motivasi belajar yang dimiliki setiap siswa. Memberi individu energi untuk berperan serta dalam suatu kegiatan belajar dikenal dengan istilah motivasi belajar (Slameto, 2013) (Oryza & Listiadi, 2021, p. 3). Keinginan seorang siswa untuk belajar harus terus ditumbuhkan, hal ini akan menggugah minatnya untuk meneruskan pendidikan. Hal tersebut akan mengakibatkan motivasi belajar seorang siswa tumbuh dengan baik. Jelaslah bahwa kegiatan menangani berbagai tugas, baik secara individu maupun kelompok, yang pada akhirnya dapat menunjukkan rasa ketertarikan terhadap suatu objek, menjadi dasar proses motivasi belajar. Pengaruh faktor eksternal dan internal tentunya akan menjadi pertimbangan penting bagi siswa dalam menentukan sekolahnya di jenjang yang lebih tinggi.

Namun, faktor yang paling mempengaruhi minat dan motivasi siswa adalah faktor eksternal, khususnya iklim keluarga. Dampak ini bisa muncul dari cara wali mengajar, lingkungan di rumah, hubungan keluarga, dan kondisi keuangan keluarga. Kondisi sosial dan keuangan orang tua memainkan peran penting dalam keputusan mereka untuk meneruskan sekolah di perguruan tingg. Berdasarkan hasil eksplorasi Mengistu H. Weldegebriel (2011) salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan siswa untuk meneruskan pendidikan tinggi khususnya perguruan tinggi adalah keadaan keuangan orang tuanya (Rahmawati, 2015, p. 3). Siswa yang memiliki keluarga dengan kondisi keuangan tambahan yang memadai akan memiliki peluang lebih besar untuk meneruskan pendidikan lanjutan dibandingkan dengan keluarga yang hanya berkecukupan.

Biaya pengajaran, yang akan meningkat dalam jangka panjang, juga merupakan ujian bagi orang tua. Apabila kondisi keuangan tidak mencukupi untuk membiayai sekolah anak-anaknya, maka akan menyusahkan orang tuanya, yang kemudian dapat menyebabkan siswa memilih untuk sekadar bekerja setelah lulus untuk membantu perekonomian keluarganya. Sebaliknya, penelitian Agustina (2018) menemukan bahwa status keuangan wali tidak berpengaruh terhadap keinginan berangkat kuliah. Beberapa faktor yang mempengaruhinya adalah tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, cara hidup, serta kedudukan dan peranan sosial (Soekanto, 2017). Tingkat peningkatan dibagi menjadi tiga kategori: atas, menengah, dan bawah. (Oryza & Listiadi, 2021, p. 3).  

Harus ada peran bagi lembaga pendidikan dan daerah untuk mendorong minat dan semangat siswa dalam proses pembelajaran dalam mengatasi membantu keuangan biaya sekolah. Siswa yang tertarik untuk meneruskan pendidikan tinggi mungkin akan lebih mudah mengelola keuangan mereka jika beasiswa dan program bantuan keuangan yang sesuai tersedia bagi mereka. Tentunya bantuan ini harus diberikan kepada mahasiswa yang benar-benar membutuhkan dan sebaiknya diberikan bantuan. Oleh karena itu, upaya ini penting untuk menjamin bahwa semua siswa, terlepas dari batasan keuangan, memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan lanjut.

Apabila murid mendapatkan dukungan dari lingkungan terdekatnya, ini bisa menjadi salah satu cara untuk meningkatkan minat mereka dalam meneruskan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Dukungan dari pihak di sekitar kita sangat membantu untuk fokus pada kebutuhan yang penting. Umumnya, bentuk dukungan ini disebut sebagai "dukungan sosial", yang mencakup perhatian yang tulus, bantuan praktis, pemberian informasi, atau sokongan tambahan. Menurut Taylor, Peplau, dan Burns (2009), dukungan sosial dapat berasal dari berbagai pihak, mulai dari kerabat, pasangan, teman, hingga partner kerja  (Rokhimah, 2014).

Berdasarkan sudut pandang lain yang mempengaruhi keuntungan siswa dalam meneruskan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi selain dari motivasi belajar, yaitu prestasi siswa. Keinginan mahasiswa untuk meneruskan pendidikan di perguruan tinggi dipengaruhi oleh faktor internal seperti prestasi akademik. Ukuran kemampuan siswa dalam memahami suatu mata pelajaran, prestasi merupakan salah satu jenis hasil belajar siswa. Menurut temuan penelitian yang dilakukan oleh Pamudi (2017) dan Barokah (2019), Pencapaian akademis memiliki kemungkinan untuk menghubungkan secara tidak langsung hubungan antara latar belakang ekonomi sosial orang tua dan ketertarikan anak-anak mereka untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi (Oryza & Listiadi, 2021, p. 4).

Seorang siswa juga sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal yang ada di lingkungan sekolah. Padahal interaksi antar individu atau kelompok pada lembaga pendidikan formal yang ada akan berpengaruh secara signifikan terhadap cara berpikir dan gaya hidup individu di lingkungan pendidikan formal yaitu sekolah. Kemudian, untuk menentukan hasil belajar yang sebaik-baiknya, perkembangan karakter siswa juga akan dipengaruhi oleh kualitas sekolah dan guru.

Minat siswa untuk meneruskan pendidikan di perguruan tinggi akan terganggu jika sosialisasi pendidikan tinggi di sekolah tidak optimal. Hal ini dikarenakan data yang diberikan oleh lembaga pendidikan yang dibutuhkan siswa belum bisa dikatakan ideal. Faktanya, sekolah harus menyediakan sebanyak mungkin informasi umum yang mendalam tentang universitas agar informasi dapat diakses. Siswa harus menjadi yang paling paham. Jika siswa-siswa tersebut hampir tidak memiliki pengetahuan tentang pendidikan lanjutan, maka kemungkinan besar para siswa tersebut tidak memiliki minat yang baik untuk meneruskan ujian pendidikan di pendidikan selanjutnya (Suciningrum & Rahayu, 2015).

Oleh karena itu, penting untuk memiliki motivasi dan minat dalam diri seseorang untuk meneruskan ujian instruktifnya di perguruan tinggi, yang telah mereka rencanakan sejak mereka masih duduk di bangku sekolah menengah. Sekolah menengah merupakan suatu lingkungan pendidikan formal yang bertujuan untuk membantu siswa mencapai potensi penuh dalam seluruh aspek kepribadiannya sehingga mereka dapat menjadi individu yang percaya diri dan dapat berfungsi secara mandiri baik di dalam maupun di luar masyarakat (Sari et al., 2023, p. 4). Salah satu sekolah yang menitikberatkan pada kemampuan siswa dalam mengupayakan statusnya yang sebenarnya agar bisa bebas di mata masyarakat dan meneruskan sekolah ke jenjang perguruan tinggi adalah sekolah menengah kejuruan (SMK).

Ini Konsisten dengan arah khusus yang tertuang dalam Pasal 76 Ayat 2 Undang-Undang Resmi Nomor 17 Tahun 2010, yaitu untuk membekali mahasiswa dengan kemampuan logika dan mekanik serta kemampuan profesional untuk panggilan sesuai kebutuhan daerah setempat (Rahmawati, 2015, p. 2). Salah satu tujuannya adalah untuk memberikan penguatan kepada siswa untuk mempersiapkan mereka mengatasi masalah angkatan kerja di industri, namun hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa siswa di sekolah menengah kejuruan akan meneruskan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Siswa di sekolah kejuruan, sama seperti siswa di sekolah menengah atas, yang lebih siap untuk masuk perguruan tinggi juga berhak untuk meneruskan ke perguruan tinggi.

Tantangan dalam meneruskan studi pendidikan ke jenjang perguruan tinggi merupakan masalah utama yang akan terus dibicarakan dan dialami oleh masyarakat. Menempuh pendidikan tinggi bukanlah suatu hal yang mudah apabila tidak memiliki kesiapan yang cukup apalagi dari segi sosial ekonomi. Orang tua diharapkan dapat memberikan perhatian terhadap kebutuhan anaknya agar dapat terus menumbuhkan minat siswa dalam meneruskan pendidikan ke jenjang berikutnya serta mempersiapkan tabungan khusus bagi pendidikan anaknya. Apabila berbagai aspek yang ada telah mendukung maka besar kemungkinan dapat dipastikan bahwa siswa tersebut akan memiliki semangat motivasi belajar dan tujuan hidup yang jelas. 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.