Header Ads

Pengaruh Pendidikan Terhadap Perubahan Perilaku Remaja

 

Pengaruh Pendidikan terhadap Perubahan Perilaku Remaja

        Lingkungan sosial merupakan wadah tiap individu untuk saling berinteraksi satu sama lain yang memainkan peran penting dalam mempengaruhi perubahan perilaku serta tindakan individu atau kelompok. Lingkungan sosial seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkunga pertemanan dapat membentuk dan mengarahkan sikap dan perilaku seseorang. Keluarga sebagai lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh individu, memberikan nila-nilai dasar dan norma yang mendasari perilaku sehari-hari. Lingkungan sekolah, memberikan kesempatan untuk belajar dan berkembang melalui interaksi dengan teman sebaya dan guru yang dapat memperkuat norma sosial dan etika. Sedangkan lingkungan pertemanan memberikan ruang atau tempat bagi individu untuk mengeksplorasi identitas dirinya dan mendapatkan dukungan sosial. Secara keseluruhan, ketiga lingkungan ini saling berkaitan dan ikut serta dalam pembentukan perilaku dan karakter seseorang. Di dalam lingkungan keluarga, pola asuh yang kurang ideal dapat mendorong remaja untuk mencari pelarian dalam pergaulan yang salah. Sedangkan di lingkungan sosial lainnya, interaksi dengan teman sebaya yang berperilaku tidak baik dapat menyeret remaja ke dalam lingkaran pergaulan yang tidak wajar. Hal tersebut mendukung konsep hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya, sebagaimana yang dijelaskan oleh Mensi et al. (2020), di mana remaja yang terpapar lingkungan negatif secara terus menerus dapat memberikan pengaruh terhadap perubahan perilakunya. Dampak dari pengaruh negatif ini dapat membahayakan masa depan remaja. Pergaulan yang tidak sehat seperti penyalahgunaan narkoba, kriminalitas, atau bahkan putus sekolah hanyalah sebagian kecil dari konsekuensi yang harus ditanggung. Karena lebih jauh lagi, kurangnya pendidikan akibat pergaulan lingkungan remaja yang tidak sehat dapat membuat remaja terjerumuskan ke dalam jurang keterbelakangan.

        Menurut Yusuf (2017), meningkatnya jumlah anak yang putus sekolah juga akan berdampak langsung pada meningkatnya angka pengangguran. Anak-anak yang putus sekolah umumnya memiliki tingkat pengetahuan dan keterampilan yang minim, sehingga mereka tidak dapat bersaing di dunia kerja yang semakin canggih dan membutuhkan keahlian khusus. Tanpa pendidikan yang memadai, mereka tidak memiliki kompetensi yang diperlukan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, yang pada akhirnya akan memperkecil peluang mereka untuk sukses di masa depan. Kurangnya pendidikan juga membawa dampak negatif yang lebih luas, terutama dalam perkembangan pribadi remaja. Remaja yang putus sekolah sering kali mengalami kesulitan dalam membuat keputusan yang tepat. Keputusan yang salah atau kurang bijaksana dapat membawa mereka ke arah yang negatif, di mana mereka mungkin terlibat dalam perilaku yang merugikan diri sendiri dan masyarakat. Ketidakmampuan untuk membuat keputusan yang tepat tidak hanya menghambat perkembangan diri, tetapi juga dapat menyebabkan remaja kehilangan arah dan jati diri mereka. Mereka menjadi lebih mudah terkena pengaruh buruk dari lingkungan sekitarnya, dan tanpa bimbingan yang tepat, mereka dapat terbawa arus negatif yang dapat merusak masa depan mereka.

        Rofiq (2015) menekankan bahwa keterampilan dalam pengambilan keputusan adalah kompetensi yang sangat penting bagi remaja. Keterampilan ini memungkinkan mereka untuk menilai situasi dengan baik, mempertimbangkan berbagai pilihan, dan memilih tindakan yang paling tepat. Keterampilan pengambilan keputusan yang baik juga dapat membantu remaja untuk menghindari perilaku negatif dan memilih jalan yang lebih bermanfaat dan produktif. Oleh karena itu, pendidikan tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan akademis saja, tetapi juga untuk mengembangkan keterampilan yang penting seperti pengambilan keputusan.

        Media dan teknologi juga memiliki peran yang besar dalam membentuk perilaku remaja, terutama bagi mereka yang tidak mendapatkan pendidikan formal. Cotohnya media sosial yang saat ini menjadi tempat di mana kasus perundungan atau bullying kerap terjadi. Kurangnya kontrol dan pemahaman mengenai penggunaan media sosial dapat membuat perilaku remaja berubah secara drastis yang sering kali berdampak negatif. Remaja yang menjadi korban perundungan di dunia maya dapat mengalami perubahan perilaku yang signifikan, seperti merasa tertekan dan kehilangan jati diri. Oleh karena itu, penting sekali untuk memiliki pemahaman dalam memfilter dan mengontrol dalam penggunaan media sosial yang ketat agar tidak mengubah perilaku penggunanya

        Proses pendidikan memiliki peran yang penting sebagai sarana bagi remaja untuk mengembangkan karakter dan moralitas yang sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Menurut Wulandari (2019), untuk meningkatkan perkembangan moral remaja dapat dilakukan melalui interaksi sosial yang terjadi di lingkungan sekolah. Interaksi sosial ini, seperti diskusi kelompok tentang masalah-masalah moral, yang dapat memungkinkan siswa untuk belajar secara langsung tentang perilaku moral yang benar. Dalam diskusi ini, siswa dapat diajak untuk berpikir kritis dan memahami akibat dari tindakan mereka, sehingga mereka dapat memahami secara mendalam terkait nilai-nilai dan moral. Karena pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai media untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga sebagai alat untuk membentuk karakter yang baik. Dengan demikian, sekolah tidak hanya mengajarkan materi akademik, tetapi juga untuk mendidik siswa menjadi individu yang berintegritas dan bertanggung jawab. Dengan adanya interaksi yang terstruktur dalam lingkungan sekolah, dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang moralitas dan etika, yang kemudian dapat diterapkan ke dalam kehidupannya sehari-hari.

        Bandung Masagi adalah contoh nyata dari upaya penguatan pendidikan karakter yang telah berhasil yang dinilai efektif dalam menumbuhkan moral siswa melalui penanaman prinsip-prinsip dan budaya Sunda. Program ini digagas oleh Walikota Bandung, Ridwan Kamil, dan telah terbukti mampu meningkatkan karakter siswa. Menurut penelitian Sita Aulia Rahmah (2019), program ini berhasil membawa perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih baik (Zaedi & Wangi, 2022). Di mana hal ini menunjukkan bahwa program pendidikan karakter yang terstruktur dengan baik dan berbasis budaya lokal dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap perubahan perilaku remaja. Hal ini pula menggaris bawahi pentingnya kualitas pendidikan dalam pembentukan karakter remaja.

        Rendahnya kualitas pendidikan dapat menghambat pengembangan karakter yang kuat dan moral yang baik, membuat remaja lebih rentan terhadap pengaruh negatif. Sebaliknya, pendidikan karakter yang dirancang dengan cermat, seperti Bandung Masagi, dapat memainkan peran penting dalam membentuk perilaku positif dan etika yang kuat pada remaja.Namun, rendahnya kualitas pendidikan juga dapat berdampak negatif terhadap pembentukan karakter remaja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Szabó et al. (2024), menunjukkan bahwa keterlibatan remaja dalam kegiatan akademik juga sangat mempengaruhi keputusan mereka untuk tetap bersekolah atau putus sekolah. Ketika remaja kurang terlibat dalam pendidikan mereka, mereka lebih cenderung untuk putus sekolah. Ketidakaktifan dapat mengakibatkan hilangnya kesempatan mereka untuk mengembangkan keterampilan moral dan sosialnya. Tanpa keterlibatan aktif dalam pendidikan, remaja tidak hanya kehilangan pengetahuan akademik, tetapi juga kehilangan kesempatan untuk belajar nilai-nilai dan norma-norma sosial yang dibutuhkan untuk menjadi individu yang bertanggung jawab. Akibatnya, mereka menjadi lebih rentan terhadap pengaruh negatif dari lingkungan sekitarnya, seperti perilaku antisosial atau kegiatan yang merugikan.

        Remaja dengan kualitas pendidikan tinggi cenderung memiliki sikap dan karakter yang lebih positif dibandingkan dengan mereka yang remaja yang mendapatkan pendidikan dengan kualitas rendah. berbeda dari remaja dengan kualitas pendidikan rendah. Karena pendidikan karakter yang terintegrasi dengan pendidikan formal dan informal berperan penting dalam menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kesadaran remaja untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Sehingga pendidikan yang baik akan menjadi fondasi yang kuat bagi remaja untuk dapat mengembangkan sikap yang disiplin, bertanggung jawab, dan menghormati orang lain (Shidiq et al., 2018). Dengan demikian, pendidikan yang berkualitas tidak hanya meningkatkan kemampuan akademik remaja tetapi juga membentuk perilaku dan moral mereka, yang sangat penting untuk perkembangan pribadi dan sosial mereka.

        Oleh karena itu, sangat penting untuk menyediakan pendidikan yang berkualitas tinggi dan terintegrasi untuk memastikan bahwa remaja dapat mengatasi tantangan masa depan dengan baik dan juga terhindar dari pengaruh negatif. Pendidikan yang baik tidak hanya membekali remaja dengan pengetahuan akademik, tetapi juga membantu mereka membangun karakter yang kuat, moral yang baik, dan keterampilan hidup yang diperlukan dalam kehidupan pribadi dan juga masa depan mereka. Dengan demikian, pendidikan dapat menjadi kekuatan yang positif dalam mempengaruhi perilaku remaja dan mempersiapkan mereka untuk masa depan yang lebih baik.


References

Ikawati, L. (2018). Pengaruh Media Sosial Terhadap Tindak Kejahatan Remaja. Syariati, 4(2), 223–232. https://doi.org/10.32699/syariati.v4i02.1179

Mensi, O., Sapara, M., Lumintang, J., & Paat, C. J. (2020). DAMPAK LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU REMAJA PEREMPUAN DI DESA AMMAT KECAMATAN TAMPAN’AMMA KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD. HOLISTIK: Journal Of Social and Culture, 13(3), 1–16.

Rofiq, A. A. (2015). Pentingnya Keterampilan Pengambilan Keputusan Sosial bagi Siswa SMP. PSYMPATHIC: Jurnal Ilmiah Psikologi, 2(2), 175–184. https://doi.org/10.15575/psy.v2i2.458

Shidiq, A. F., Santoso, &, & Raharjo, T. (2018). Peran Pendidikan Karakter Di Masa Remaja Sebagai Pencegahan Kenakalan Remaja. Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(2), 176–187. https://doi.org/10.24198/jppm.v5i2.18369

Szabó, L., Zsolnai, A., & Fehérvári, A. (2024). The relationship between student engagement and dropout risk in early adolescence. International Journal of Educational Research Open, 6, 1–11. https://doi.org/10.1016/j.ijedro.2024.100328

Wulandari, N. W. (2019). Interaksi Sosial Dan Kecerdasan Moral Pada Remaja. Jurnal Wacana, 11(2), 185–195. https://doi.org/10.13057/wacana.v11i2.145

Yusuf, M. (2017). Pengaruh Ekonomi Keluarga Terhadap Putusnya Sekolah Anak. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 10(2), 89–95. https://doi.org/10.17977/UM014v10i22017p089

Zaedi, I., & Wangi, E. N. (2022). Studi Deskriptif Pendidikan Karakter: Respect and Responsibility di SMP Negeri Kota Bandung. Jurnal Riset Psikologi, 1(2), 84–92. https://doi.org/10.29313/jrp.v1i2.459




Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.