Header Ads

Pengaruh tingkat ekonomi keluarga terhadap kecerdasan emosional anak

    

Tingkat ekonomi keluarga merupakan ukuran kondisi yang mencerminkan kondisi keuangan dan kesejahteraan secara materialistis dari sebuah keluarga. Faktor ini memiliki peran kunci atau penentu dalam menentukan kualitas hidup dan peluang yang dimiliki dan tersedia oleh setiap anggota individu pada sebuah keluarga. Tingkat ekonomi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pendapatan, pekerjaan, pendidikan, dan akses terhadap sumber daya. 
    Pendapatan keluarga adalah salah satu indikator utama tingkat ekonomi khususnya pada pekerjaan orang tua yang menjadi faktor penting dalam menentukan tingkat ekonomi keluarga. Pekerjaan yang stabil dan berpenghasilan tinggi tidak hanya meningkatkan pendapatan keluarga, tetapi juga memberikan rasa aman dan stabilitas yang mendukung kesejahteraan emosional seluruh anggota keluarga. Sebaliknya, pekerjaan yang tidak stabil atau berpenghasilan rendah dapat menyebabkan stres dan ketidakpastian yang berdampak negatif pada kualitas hidup keluarga. 
    Kesejahteraan emosional berawal dari kecerdasan emosi yang merujuk pada kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengatur emosi kita sendiri, mengenali emosi orang lain dan merasakan empati terhadap mereka, serta menggunakan kemampuan ini untuk berkomunikasi secara efektif dan membangun hubungan yang sehat dan produktif dengan orang lain. Hubungan yang sehat dan produktif tidak hanya menjadi kunci bagi kesejahteraan psikologis kita, tetapi juga sangat penting untuk kesehatan fisik kita (Harvard Medical School, 2024). 
    Kecerdasan emosional sendiri merupakan sesuatu yang dapat diturunkan secara genetik namun dibentuk serta berkembang agar seseorang dapat meregulasi dirinya dengan baik dan dapat meningkatkan resiliensi serta meretensi motivasi yang dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan. 
    Sehingga, Tingkat ekonomi keluarga memainkan peran penting dalam berbagai aspek perkembangan anak, termasuk kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional, yang melibatkan kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi, merupakan komponen penting dalam keberhasilan sosial dan akademis anak. Namun, pengaruh tingkat ekonomi keluarga terhadap kecerdasan emosional anak sering kali diabaikan. 
    Menurut Sunarti & dkk. (2005), bahwa tekanan dalam tingkat ekonomi keluarga dapat mempengaruhi kualitas pernikahan, pengasuhan anak, kecerdasan emosi yang dimiliki oleh anak, dan prestasi belajar anak. Hal ini disebabkan karena adanya tekanan akibat tingkat ekonomi dapat menimbulkan kekerasan yang dapat mempengaruhi setiap faktor tersebut. Dimana menurut Fatmawati (2014) menjelaskan bahwa kekerasan dalam keluarga dapat dipengaruhi oleh tingkat ekonomi keluarga dimana keluarga memiliki tingkat ekonomi rendah memiliki temperamen yang cukup tinggi akibat tekanan eksternal (pekerjaan, lingkungan, dan sebagainya) sehingga dapat mendorong kekerasan yang dilakukan kepada Istri maupun anak sebagai bahan pelampiasan. 
    Menurut Nurwita (2020), bahwa keluarga yang memiliki tingkat ekonomi rendah memiliki pandangan positif terhadap kekerasan kepada anak dikarenakan cara pola asuh anak yang secara turun-temurun dilakukan serta minim pendidikan terkait dampak kekerasan kepada anak yang diajarkan oleh leluhur sebelumnya dapat menimbulkan kekerasan terulang kembali kepada anak. Terdapat beberapa fakta yang disebabkan oleh kecerdasan emosional diabaikan oleh orang tua seperti: 1. Menurut data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2024), Pada tahun 2021 terdapat 11.264 kasus dan setiap tahun meningkat sekitar 2000 kasus dengan tahun 2023 ditemukan 18.175 kasus. 2. Menurut data yang diberikan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (2023), terdapat 985 kasus bunuh diri pada remaja dalam kurun 2011 hingga 2023 3. Menurut Survei Kesehatan Jiwa Remaja Nasional (2022), Terdapat 17.9 juta remaja yang mengalami gangguan jiwa Hal ini dapat diperkuat dengan menurut Destianda & Hamidah (2019), bahwa terdapat hubungan secara signifikan terhadap ideasi bunuh diri dengan kecerdasan emosional anak yang rendah. Hal ini dikarenakan tekanan yang dialami oleh anak yang ditimbulkan oleh orang tua khususnya pada keluarga yang memiliki tingkat ekonomi rendah sehingga mendorong mereka untuk memiliki ide dalam bunuh diri. 
    Menurut Setianingsih, dkk. (2019), bahwa tingkat ekonomi keluarga dapat berpengaruh kepada peluang anak mengidap gangguan jiwa. Hal ini dilatarbelakangi kepada penelitian sebelumnya dimana dengan tekanan-tekanan yang diberikan oleh orang tua dan perasaan bersalah apabila anak merasa gagal dengan beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya. Sehingga hal ini dapat menjadi proses awal dalam ideasi bunuh diri oleh seorang anak. 
    Pada akhirnya, tingkat ekonomi memiliki pengaruh penting dalam kecerdasan emosional anak. Akan tetapi, hal ini bukanlah peran yang sangat besar dalam mempengaruhi kecerdasan emosi namun dengan adanya lingkungan yang suportif dari teman, keluarga besar, dan lainnya dapat membangun kecerdasan emosional secara positif dan memperkuat resiliensi anak apabila adanya tekanan yang diberikan oleh orang tua. 
    Dengan adanya layanan konseling oleh psikolog, pemerintah dapat berpartisipasi aktif dalam membantu anak-anak yang terdampak oleh kekerasan dalam rumah tangga dengan memberikan layanan konseling yang dapat mendukung anak secara positif untuk bertumbuh dengan baik dan berprestasi. Kemudian, Untuk mengatasi kesenjangan ini, penting untuk mengembangkan kebijakan dan program yang memberikan dukungan tambahan bagi keluarga dengan tingkat ekonomi rendah. Ini termasuk meningkatkan akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan mental yang berkualitas, serta menyediakan lingkungan yang mendukung bagi perkembangan emosional anak. Dengan demikian, semua anak, tanpa memandang latar belakang ekonomi, dapat mencapai potensi penuh mereka dalam kecerdasan emosional dan kehidupan secara keseluruhan. 







Daftar Pustaka

Atika, A. N., & Rasyid, H. (2017). Dampak Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Keterampilan Sosial Anak. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 6(1). https://doi.org/10.21070/pedagogia.v6i1 Fatmawati, I., & Anggraeni, S. P. (2014). Hubungan Status Ekonomi Keluarga Dengan Kejadian Kekerasan Pada Anak (Child Abuse) Di Komunitas Anak Jalanan Kota Mojokerto. Medica Majapahit, 6(2). Harvard Medical School. (2024). Emotional Intelligence (Vol. 1). Harvard Medical School. Humas BRIN. (2023). BRIN Bahas Kondisi Kesehatan Jiwa Remaja Indonesia dari Aspek Psikososial. BRIN - Badan Riset Dan Inovasi Nasional. https://www.brin.go.id/news/116807/brin-bahas-kondisi-kesehatan-jiwa-remaja-indon esia-dari-aspek-psikososial Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (2023). Data Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Kekerasan.kemenpppa.go.id. https://kekerasan.kemenpppa.go.id/ringkasan Nurwita, A., Nurfitriani, E., & Yuniarti, S. (2020). HUBUNGAN STATUS EKONOMI DAN PANDANGAN POSISI ANAK DENGAN SIKAP ORANG TUA TERHADAP KEKERASAN PADA ANAK. Jurnal Kesehatan, 8(1), 955–960. https://doi.org/10.38165/jk.v8i1.103 Ratu Ayu Safira Destianda. (2018). HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN IDE BUNUH DIRI PADA REMAJA. Jurnal Psikologi Klinis Dan Kesehatan Mental, 8(2). Setianingsih Setianingsih, Yohana Lifa Ekowati, & Retno Yuli Hastuti. (2019). STUDI KOMPARASI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANGTUA DENGAN RESIKO GANGGUAN MENTAL EMOSIONAL PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN KLATEN. Motorik Jurnal Ilmu Kesehatan, 14(1), 45–57. https://doi.org/10.61902/motorik.v14i1.22

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.